TOMOHON, (speednews-manado.com) – Kota Tomohon merupakan salahsatu daerah penting penghasil energy baru dan terbarukan serta ramah lingkungan yaitu Energi Panas Bumi (Geothermal Energy), dan juga merupakan daerah penghasil listrik melalui Energi Panas Bumi yang saat ini area Lahendong menyuplai 80 MW. Oleh karena itu keikut sertaan Jajaran Pemerintah Kota Tomohon pada Bali Clean Energy Forum sangat penting dan strategis untuk pengembangan energy terbarukan yang nantinya diperuntukkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kehadiran Penjabat Walikota Tomohon Drs Sanny James Parengkuan MAP bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan program ini memiliki nilai ganda dan berkesinambungan untuk jangka waktu yang panjang.
Forum Energi Baru dan terbarukan yang diselenggarakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan International Energy Agency (IEA) dilaksanakan bersama Bali Clean Energy Forum (BCEF) bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua Bali pada 11-12 Februari 2016, Kegiatan ini membahas kerja sama untuk pengembangan energi terbarukan yang dihadiri oleh pejabat dari 26 negara dan dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla bersama Menteri ESDM Sudirman Said.
Perwakilan dari 26 negara yang berpartisipasi di antaranya Menteri Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi, Ali Al Naimi; Menteri Energi, Air dan Tekno Hijau Malaysia, Maximus Johnity Ongkili; Menteri Energi dan Perminyakan Papua Nugini, Ben Micah; Menteri Pembangunan Internasional Australia, Hon Steven Ciobo; Menteri Perminyakan dan SDM Timor Leste, Alfredo Pires. Dari Indonesia juga menghadirkan Menteri PPN Sofyan Djalil, serta para kepala daerah termasuk Walikota Tomohon yang didampingi Asisten Ekonomi & Pembangunan, Asisten Administrasi Umum, Kepala Bappeda & Kadis ESDM.
“Dalam forum ini, berbagai kerja sama akan dilakukan untuk pembangunan proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia. Total nilai proyek yang akan disepakati mencapai Rp 47 triliun, pemerintah Indonesia tetap berkomitmen mengembangkan energi terbarukan di tengah penurunan harga minyak dunia saat ini. Sebab, pemerintah sadar tidak dapat terus bergantung pada sumber energi fosil,” Kata Sudirman Said. Lanjutnya dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) juga sudah ditetapkan bahwa energi terbarukan harus mencapai 23% dalam bauran energi di tahun 2025.
“Dalam situasi harga minyak rendah, pemerintah terus komit membangun eneri Baru Terbarukan (EBT). Ini sesuatu yang harus kita kerjakan, kita punya potensi EBT 300 ribu MW. Pada 2025 EBT haru mencapai 23%. Fosil akan habis suatu saat, tidak bijak bila kita terlalu bergantung pada energi fosil,” tuturnya seraya menambahkan bahwa khusus di Bali yang merupakan percontohan untuk pengembangan energi terbarukan di Indonesia, ditargetkan penggunaan energi terbarukan dapat mencapai 90% dalam 5 tahun ke depan. Pemerintah juga akan mengembangkan energi terbarukan untuk melistriki daerah-daerah terpencil.
“Program Indonesia Terang sedang kita siapkan. Desa-desa yang masih gelap itu ada terutama di 6 provinsi, hanya bisa diterangi dengan energi terbarukan,” tandas Sudirman. Selanjutnya Dalam kegiatan yang turut dihadiri beberapa negara seperti negara maju Amerika Serikat, Uni Eropa, negara berkembang seperti Sri Lanka, Papua Nugini, hingga negara yang baru merdeka seperti Timor Leste. Menghasilkan komitmen untuk memperkuat pembangunan energi baru dan terbarukan (EBT). “Deklarasi dari pertemuan para menteri yang ditandatangani 17 negara intinya memperkuat pembangunan EBT. Apapun tingkat teknologinya, berapa pun energy mix yang sudah mereka capai, nadanya sama, EBT mesti dibangun. Sekaya apapun mereka punya energi fosil, ketergantungan pada fosil akan berisiko,” kata Menteri ESDM dalam konferensi pers di Nusa Dua Convention Center, Bali, Kamis (11/2/2016).
Deklarasi ini sangat bernilai karena merupakan bagian dari upaya Indonesia memimpin ‘revolusi energi’ dari energi fosil ke EBT di seluruh dunia ketika harga minyak dunia justru sedang dalam tren rendah.”Ini adalah dokumen yang sangat penting. Melalui forum ini, Indonesia ingin memproklamirkan diri menjadi pemimpin dari revolusi energi dari fosil ke EBT. Revolusioner karena sekarang harga minyak sedang rendah,” ucapnya. Meskipun dihadirii 26 negara yang, hanya 17 negara yang menyepakatinya. Sedangkan 9 negara menolak untuk ikut menandatangani kesepakatan deklarasi tersebut. Menurut Sudirman, negara-negara yang tidak ikut meneken deklarasi mungkin tak nyaman dengan teks deklarasi, belum mempelajari deklarasi dengan seksama, atau masih ingin berkonsultasi lebih lanjut dengan pemerintahan di negaranya. 9 negara yang tidak ikut menandatangani deklarasi meski aktif dalam forum di antaranya adalah Arab Saudi.
Sudirman mengaku tak ambil pusing mengenai adanya 9 negara yang tidak sepakat tersebut karena penandatanganan deklarasi bersifat sukarela, tidak ada paksaan. “Kita undang mereka secara sukarela, begitu juga dengan pengambilan sikap. Kita memang tidak harapkan semua ikut serta. Mereka tentu punya pertimbangan-pertimbangan. Kita tidak melihat ada sesuatu yang serius,” pungkas Sudirman. Acara BCEF ini akan berlangsung sampai i Jumat, 12 Februari 2016. (Denny)