Kisah Franco, TKI Asal Minut yang Dipekerjakan jadi Penipu di Kamboja

Minahasa Utara258 Dilihat

Minut – Kisah Franco Pangerapan (28), TKI asal Desa Kauditan 1, Kecamatan Kauditan, Minahasa Utara (Minut), yang tergiur kerja diluar Negeri dengan gaji 800 Dolar AS dan melamar pekerjaan melalui nomor telegram salah satu admin yang merekrut pekerja asal Indonesia untuk bekerja di Thailand, mengaku menyesal.

Tanggal 26 April 2023 Franco bersama 11 temannya diberangkatkan ke Jakarta. Tiba di Jakarta, tinggal di Apartemen untuk menunggu pengurusan Pasport. Tanggal 30 April 2023 Franco dan 11 temannya diberangkatkan dari Jakarta ke Thailand.

Saat dibandara, keberangkatan lewat jalur khusus, tanpa melalui pemeriksaan.”Sampai di bandara, kami melakukan check in tanpa antrian dan langsung masuk auto gate, hanya menempelkan pasport. Kami berpikir masih ada wawancara dari Imigrasi, tetapi ternyata tidak ada,” ujar Franco.

Tiba di Thailand, perjalanan dilanjutkan sampai di perbatasan Kamboja. Pasport dan KTP dikumpul untuk pengurusan visa kerja. Dari perbatasan Kamboja langsung diantar dengan mobil ke apartemen tempat kerja sekaligus mess karyawan di Kamboja dan lalu melakukan penanda tanganan kontrak kerja, setelah itu, istirahat.

Franco dijanjikan bekerja sebagai costumer servis di perusahaan e-commers, tetapi ternyata bekerja sebagai aktor penipu jualan online hingga seperti investasi bodong (scammer).

“Dari kontrak yang diberikan, disitu saya sangat kecewa karena tidak sesuai dengan pembicaraan awal. Pertama dijanjikan kerja di Thailand, tapi ternyata di Kamboja. Semua pengurusan pasport, tiket pesawat bahkan biaya selama di Jakarta, yang katanya ditanggung perusahaan, ternyata ditanggung sendiri dan dipotong setiap bulan 200 dolar AS. Bahkan setiap kesalahan, didenda.

Tetapi, karena sudah terlanjur terjebak, jadi saya tanda tangan. Aksi kerja kami, dalam 1 tim ada 5 orang. Setiap hari ditargetkan harus mendapat Rp.35 juta. Target korban penipuan kami orang Indonesia, bahkan orang Sulut banyak. Pekerjaan ini membuat saya tidak nyaman dan merasa berdosa. Apalagi menipu orang Indonesia khususnya Sulut,” curhat Franco.

“Pada pertengahan Bulan Mei 2023, saya menghubungi Maria Taramen untuk meminta bantuan agar bisa pulang ke Minut. Saya takut melarikan diri, seperti ada yang melakukan hal itu dan dibunuh. Apalagi pasport dan KTP ditahan pihak perusahaan. Saya sangat bersyukur kak Maria mempercayai saya ketika saya mengirimkan semua data dan pekerjaan di sana. Walaupun saya sangat takut karena telah membocorkan pekerjaan disana, karena jika ketahuan pasti saya bisa di bunuh,” kata Franco.

Lewat Maria Taramen, dibantu Dir Intel Polda Sulut, Kasat Intel Polres Minut, oknum BIN, oknum BAIS, dan oknum Kopassus, Franco di jemput pihak kepolisian Kamboja dan Imigrasi untuk dibawa ke Kantor Polisi terdekat tetapi masih terus dikawal kepala security. Jadi selama di Kantor Polisi, Franco masih terus berdusta bahwa dirinya dipanggil untuk pulang ke Indonesia karena orang tua yang melapor. Selama di Kantor Polisi Franco tidak diberi makan dan minum, hanya memakan obat maag dan minum air ledeng berkaporit. Gaji Franco pun telah ditahan perusahaan.

Beberapa hari kemudian, Franco di jemput Polisi Kamboja yang tugas di Kantor Polisi Phnom Penh dan diperlakukan dengan baik, diberi makan dan minum. Setelah sampai di Phnom Penh barulah Franco bercerita yang sebenarnya tentang slot kamboja karena sudah mendapat sandi yang diberikan Kopassus yang menuntunnya hingga keluar dari tempat kerja.

Usai diperiksa Polisi Kamboja, Franco dibawa ke Imigrasi. Saat di Imigrasi, ada sekira 41 warga Indonesia yang belum dipulangkan, bahkan ada yang sudah 10 bulan berada di Imigrasi. Semua keadaan disekeliling terus dilaporkan Franco dan dikirim datanya serta semua video ke Kopassus, sehingga semua warga Indonesia dibantu dipulangkan ke Indonesia secara bertahap.

(enol)

 

Yuk! baca berita menarik lainnya dari Speed News Manado di saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *