
Minut – Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah masalah lingkungan yang bersumber dari nyamuk dan adanya pembiaran sarang nyamuk oleh setiap orang. Upaya efektif untuk memberantas dan mencegah penyebaran DBD adalah menetapkan kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Juru pemantau jentik atau Jumantik adalah orang yang melakukan pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Talawaan, dr. Yusuf O. Nainggolan mengungkap terjadinya peningkatan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di sejumlah Desa di wilayah Kecamatan Talawaan.
“Tercatat hingga Februari 2023 beberapa Desa alami kenaikan kasus DBD. Secara keseluruhan telah dilaporkan sebanyak 79 kasus yang ditemukan positif DBD.
Dari data tersebut di atas nampak bahwa musim penghujan masih menjadi pengaruh yang besar terhadap terjadinya kasus DBD, hal ini dikarenakan selama musim hujan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aygepti semakin banyak terutama area perindukan di area luar rumah, juga didapati bahwa sebagian besar pasien DBD yang terjangkit dikarenakan aktivitas bepergiannya yang cukup masif keluar dan dalam Desa. Disamping itu, faktor kebersihan lingkungan pun jadi penentu, sebab kita tahu bahwa penyakit ini terjadi dikarenakan perkembangbiakkan nyamuk Aedes Aegypti yakni adanya jentik-jentik yang ditemukan di penyimpanan air. Hal ini menjadi fokus perhatian agar warga lebih tingkatkan kewaspadaan dan perketat kebersihan lingkungan”, jelas Kepala Puskesmas Talawaan, dr. Yusuf O. Nainggolan, pada Kamis, 16 Februari 2023.
Lanjut dikatakannya, “Saat ini pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan menghancurkan tempat berkembang biak nyamuk yaitu dengan cara Menguras : membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air, penampung air lemari es dan lain-lain. Menutup : menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti drum air dan tangki air. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang yang dapat memicu tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Menggunakan kelambu saat tidur. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam rumah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dan menggunakan obat anti nyamuk ketika tidur dan beraktifitas sehari-hari.
Selaras dengan hal tersebut, kami tengah gencar sosialisasikan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, yakni menunjuk salah satu anggota keluarga atau anggota rumah untuk menjadi Jumantik yang secara konsisten dapat memeriksa kebersihan terutama dalam tampungan air dan sampah atau barang-barang yang tidak digunakan.
Lalu, para Jumantik ini diharapkan dapat melaporkan pada koordinator Jumantiknya agar data dapat segera dihimpun dan secara periodik dapat dilaporkan, sehingga ketika ada temuan, pihak Puskesmas bersama aparat desa dapat segera melakukan penyelidikan lebih mendalam di lingkungan tersebut”, ujar Kepala Puskesmas Talawaan, dr. Yusuf O. Nainggolan.
“Selain imbauan ini, pun meminta kepada seluruh warga bila mengalami gejala DBD, agar segera dapat memeriksakan dirinya di Fasilitas Kesehatan (Faskes) terdekat dan bila gejalanya semakin serius dapat dirujuk ke Rumah Sakit Daerah.
Advokasi dan sosialisasi pada lintas sektor juga sangat dibutuhkan dalam pencegahan dan pengendalian DBD. Hal ini disebabkan Gerakan 1 Rumah 1 Juru Pemantau Jentik (Jumantik), sebagai program andalan dalam pengendalian DBD seyogyanya tidak hanya dilaksanakan di tataran rumah tangga. Tetapi juga di setiap bangunan seperti kantor, tempat perbelanjaan, tempat ibadah, tempat pendidikan dan fasilitas umum lainnya”, tandas Kepala Puskesmas Talawaan, dr. Yusuf O. Nainggolan
(enol)