
MANADO—Melewati pusat Kota Manado sudah tidak heran lagi ketika mengalami kemacetan yang luar biasa, karena padatnya kendaraan baik roda empat maupun roda dua.
Ada beberapa jalan alternatif yang kita ketahui bisa dilalui kendaraan untuk menghindar dari kemacetan, seperti Jalan Kartini yang terletak di pusat kota.
Sayangnya Jalan Kartini yang merupakan salah satunya akses penghubung dari jalan Sam Ratulangi dan Jalan Sarapung, yang sejak dahulu dijadikan sebagai jalan alternatif sepertinya tinggal menjadi kenangan dan buah bibir masyarakat yang melewati jalan itu.
Pasalnya, ruas jalan Kartini saat ini telah berubah menjadi “TERBAYANG” (Terminal Bayangan), bisa dilihat sendiri di jalan itu menjadi tempat mangkal Angkutan Kota (Angkot) Trayek Paal Dua. Tidak hanya difungsikan sebagai terminal bayangan Angkot saja, bahkan sejumlah Perusahan Otobus (PO) taksi gelap juga beroperasi dan mangkal di jalan Kartini.
Panjangnya antrian Angkot trayek Paal Dua yang sengaja parkir disisi jalan untuk menunggu penumpang (sistem jalur angkot), plus terparkirnya armada taksi gelap milik PO Manado- Gorontalo disisi yang berlawanan, praktis membuat Jalan Kartini menjadi sulit untuk dilewati.
Apalagi Jalan Kartini masih berstastus two way (jalan dua arah). Dan puncak kemacetan pun terjadi disaat jam sekolah selesai. Diketahui di Jalan Kartini berdiri beberapa Sekolah Dasar yang menampung murid hampir seribuan jumlahnya.
Kacaunya lalu lintas di jam bubaran sekolah tersebut, tak bisa lagi dihindari. Jalan Kartini yang panjangnya sekitar 200 meter dan lebar 6 meter tak mampu lagi menampung banyaknya kendaraan dan pejalan kaki yang beraktifitas di jalan itu, apalagi ditambah dengan adanya terminal bayangan plus pangkalan taksi gelap yang sengaja “ngetem” dijalan tersebut, maka lengkaplah sudah hiruk pikuk kemacetan lalu lintas di jalan ini dan menjadi buah bibir warga.
Ridwan, Warga Karombasan yang kesehariannya mengantar/jemput anaknya yang bersekolah di Jalan Kartini mengungkapkan kekesalannya dengan kondisi Jalan Kartini.
“Jalan yang lebarnya cuma segini (6 m) terus terpakai oleh kendaraan yang parkir samping kiri dan kanannya, akhirnya menyisakan sekitar 3 m lebarnya jalan yang ditengah. Padahal jalan ini kan dua arah, bisa dibayangkan kemacetannya jika terjadi pertemuan kendaraan dari dua arah berlawanan? Ditambah lagi dengan pejalan kaki yang berjalan memakai badan jalan dikarenakan haknya atas trotoar diambil alih oleh kendaraan yang sengaja parkir diatas trotoar,” ketusnya.
Lanjutnya, hal ini sudah lama dirasakan dan berlangsung hampir setiap hari. Pasti banyak keluhan dari warga Manado yang dalam aktifitas kesehariannya memanfatkan ruas jalan ini.
” Seharusnya Dinas Perhubungan bertanggungjawab dengan hal ini.Apa tak ada tindakan dari pemerintah kota dalam hal ini Dinas Perhubungan yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengatur dan menata lalu lintas di Kota Manado. Jangan terkesan cuek apalagi lepas tangan. Pikirkanlah solusi dan jalan keluar terbaik untuk persoalan ini. Hargailah pemimpin yang mempercayakan tugas ini dengan cara bekerja keras dan berpikir cerdas,” tutup Ridwan dengan nada kesal.
(emmanuelbudi)