Inilah Kisah Royke Montolalu Kru TB Henry Yang Selamat, Saat Kapal Mereka di Bajak Kelompok Abusayyaf.

Tomohon108 Dilihat
Royke Frensi Montolalu saat diwawancarai speednews-manado.com, Senin (25/4/16).
Royke Frensi Montolalu saat diwawancarai speednews-manado.com, Senin (25/4/16).

TOMOHON, (speednews-manado.com) – Abu Sayyaf adalah kelompok yang paling diburu oleh pemerintah Philipina bahkan dunia Internasional. Setelah membajak kapal TB Brahma akhir Maret lalu,kelompok ini  kembali melakukan hal serupa.

Kali ini mereka  membajak kapal Tug Boat Henry yang menarik kapal tongkang Christy yang membawa batubara sekitar 8 ton pada, Selasa (12/4/16) lalu. Saat itu, kapal dalam perjalanan dari Kota Cebu, Filipina, menuju Tarakan Indonesia dengan membawa 10 orang kru satu diantaranya bernama Royke Fransi Montolalu (41) pria asal Matani II lingkungan II Tomohon Tengah, Sulut.

Saat ditemui speednews-manado.com dirumahnya, Senin (25/4/16) Montolalu menceritakan awal terjadinya pembajakan kapal TB Henry milik PT Global Trans Energy Internasional ini oleh kelompok Abu Sayyaf.

Dikatakannya saat itu usai bongkar batubara di pelabuhan Cebu Fernando Phlipina kapal TB Henry kembali bergerak menuju Tarakan dengan perjalanan selama enam hari, namun baru hari keempat tepatnya Jumat  (15/4/16)  sekitar Pukul 18:30  WIB malam terjadilah pembajakan oleh kelompok Abu sayyaf.

“Saat itu saya lagi duduk santai menikmati secangkir kopi dengan teman chief officer dianjungan kapal bagian depan, lalu teman saya tersebut mendengar suara mesin disamping lambung kiri Tug Boat Henry.Karena penasaran teman saya itu coba melihat ada apa sebenarnya, tak berapa lama  teman saya itu balik dan berkata ada anak buah Abusayyaf,” kata pria dua anak ini.

Merasa tidak yakin dengan temannya akhirnya Royke memutuskan untuk melihat dan ternyata memang benar, ada sekitar lima orang berada diatas speedboat yang sudah menempel di Tug Boat bersiap untuk naik ke TB Henry.  

Baca juga:  KPU Tomohon Gelar Debat Publik Kedua Calon Walikota & Wakil Walikota Tomohon Pilkada 2024

“Karena panic saya masuk lagi dan duduk dekat reling dan saya lihat mereka sudah naik dengan mengacungkan senapan laras panjang kemudian terdengar bunyi senapan satu kali, saat itu juga  saya langsung turun menuju ruang kapten dan sempat berpapasan dengan kapten Ariyanto Misnan yang mau naik keatas,” jelasnya.

Saat berpapasan kata Royke, Kapten sempat menanyakan ada apa dan dijawabnya ada anak buah Abu sayyaf, saat dirinya  turun menuju kamar kapten  terdengar lagi bunyi tembakan kemudian Royke bergegas masuk ke kamar Kapten bersama tiga orang temannya.

“Saat kami berempat sudah berada dalam kamar terdengar lagi bunyi tembakan yang diarah kekamar tempat kami bersembunyi, karena panic dan takut akhirnya saya berinisiatif keluar dengan jalan jongkok diikuti 3 teman saya kemudian kami berempat berkumpul dibelakang kapal (buritan) dengan posisi tiarap,” jelasnya.

Kata Royke dalam posisi tiarap dia sempat melihat dua orang sudah dipindahkan ke speedboat salahsatunya Kapten Aryanto, saat itu para kelompok Abu sayyaf  membuang lagi  tembakan namun kami tidak dapat melihat kemana sasarannya karena kami berempat masih dalam posisi tiarap. Beberapa menit kemudian saya coba melihat dengan cara mengintip, dan ternyata ada empat orang yang dibawah kelompok pemberontak tersebut, jadi tinggal enam orang yang berada di TB Henry

“betapa kagetnya kami ketika mendapatkan ada seorang teman yang tergeletak bersimbah darah dengan luka tembakan didada bagian kanan,” tuturnya

Lebih jauh Royke menceritakan, karena ada teman yang terluka mereka berencana mencari tempat singgah terdekat, radio TB Henry terus berbunyi dan ternyata dikontek oleh patroli Navy Malaysia.Sekitar 30 menit kapal tersebut sudah merapat dan kami langsung meminta pertolongan.

Baca juga:  KPU Tomohon Umumkan Penetapan Hasil Pemilihan Walikota & Wakil Walikota

“Melalui radar kami melihat kapal Tug Boat seperti hilang kendali dan jalannya sudah tak beraturan, oleh karena itu kami mencoba menghubungi TB Henry .lewat radio,” kata Royke menyalin ucapan personil Patroli Navy Malaysia.

Pihak Patroli Navy Malaysia kemudian mengkontek anggotanya tak lama kemudian muncul dengan speedboat dan langsung membawa teman kami yang terluka ke RS Tawao Malaysia untuk mendapatkan perawatan.

Kami kemudian mendapat pengawalan dari personil Patroli Navy Malaysia lalu kapal TB Henry digiring ke Pangkalan Militer Lahad Datu Malaysia. Keesokan harinya kami diinterogasi.

“Sekitar tiga hari kami berada di Lahad Datu pihak kantor tempat kami bekerja sudah mengurus kepulangan kami.Akhirnya dengan pengawalan dari Polisi Malaysia kami diantar sampai ke perbatasan dan akhirnya KRI Ahmad Yani dan Mandau menjemput kami dan diantar langsung ke Tarakan dengan pengawalan,” jelasnya.

Akhirnya kami berempat dibawa ke pangkalan Angkatan Laut di Tarakan, karena kapal TB Henry masih membawa Tongkang jadi kami berencana untuk tongkang tersebut dibawa ke Shadau tapi karena sudah mendapat telepon akan dipulangkan ke keluarga akhirnya malam itu juga  kami berkemas dan paginya kami berangkat kedaratan dengan perahu.

“Hari itu juga kami berempat langsung ke bandara, saya diterbangkan ke Manado dengan Lion air dan tiga teman saya ke Jakarta dengan Garuda, dan sekitar 10:45 WITA Minggu (24/4) malam saya tiba di Manado dijemput langsung oleh istri, anak dan  pihak keluarga,”ujar lelaki 41 tahun ini.

Royke mengatakan sangat senang bisa berkumpul lagi dengan anggota keluarga istri dan kedua anaknya Putri Montolalu 19 tahun dan Keiri Montolalu 7 tahun dalam keluarga Montolalu-Suroso.      

(DENNY POLUAN)  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *